SAMPIT – Pamdemi Covid-19 di daerah ini membuat berbagai macam dampak bagi masyarakat mulai dari yang tua hingga anak-anak. Berdiam diri di rumah guna mutus mata rantai Covid-19 ternyata membuat kebosanan yang akhirnya memicu berbagai tindakan kekerasan pada anak.
Anak yang seharusnya dilindungi dan mendapatkan haknya dari kekerasan, kini anak-anak tersebut menjadi korban dan sasaran kekerasan. Meningkatnya kekerasan pada anak terutama kekerasan seksual diungkapkan oleh Ellena Rosie Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kotawaringin Timur (Kotim).
“Akhir-akhir ini kekerasan pada anak sangat meningkat,” ungkap Ellena Rosie, Jumat 24 Juli 2020. Pada tahun 2019 kasus kekerasan pada anak berjumlah 7 kasus dimana 4 kekerasan seksual dan 3 kekerasan fisik.
Sedangkan tahun 2020 kekerasan anak meningkat menjadi 8 kasus, dimana kekerasan anak naik menjadi 6 kasus dan 2 kekerasan fisik. Ellena Rosie menuturkan lantaran kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya. Seharusnya banyak di rumah saat terbaik untuk quality time bagi keluarga.
Namun karena orangtua tetap bekerja di rumah fokus mencari nafkah dan perhatiannya kurang terhadap anak-anak sehingga terjadi broken home dan anak pun menjadi korban. “Meski disaat pandemi orang tua tetap fokus mencari nafkah dirumah sehingga perhatiannya kurang pada anaknya,” tuturnya.
Dengan meningkatnya kekerasan pada anak terutama pelecehan seksual,pihaknya terus meningkatkan perlindungan dan pendampingan terhadap anak. Hal ini pun menjadi tantangan bagi pihaknya untuk meningkatkan lagi kinerjanya agar kekerasan pada anak di Kotim dapat berkurang.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post