SAMPIT – Dampak peristiwa keracunan massal yang terjadi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) setelah mengkonsumsi kue Ipau hingga menyebabkan puluhan orang dari lima kecamatan harus dirawat di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit.
Peristiwa beberapa hari yang lalu tersebut, sejauh ini berdampak perspektif terhadap masyarakat, karena trauma jika mengkonsumsi kue tersebut meski dijual oleh pedagang lain. Seperti halnya Eka salah seorang pedagang kue Ramadan yang terkena dampak dari peristiwa tersebut. Dia menyatakan, sebelum hal ini viral, penjualannya lancar-lancar saja.
Namun setelah muncul masalah tersebut, dampak yang dirasakan sampai saat ini yakni menurunnya pembeli. “Sebelum kejadian ini mas, biasanya jualan saya rame, tapi sekarang agak sepi akibat kejadian itu. Saya harap kejadian ini cepat selesai dan warga bisa belanja dengan nyaman kembali,” ungkap Eka, Selasa 4 April 2023.
Insiden yang menimpa masyarakat Kotim itu membuat mereka menjadi berhati-hati dan tidak berani untuk membeli kue sembarangan. Sehingga masalah ini berdampak ke arah para pedagang pasar Ramadan yang kehilangan pembeli dan konsumen. “Dampaknya sangat signifikan, kami kehilangan pembeli dan konsumen akibat kejadian ini, kasihan kami yang hanya bergantung pada dagangan ini,” jelasnya.
Berdasarkan data dari Dinkes Kotim, untuk jumlah korban keracunan Kue Ipau telah bertambah menjadi 84 orang. Jumlah tersebut merupakan penambahan dari 40 orang sebelumnya dan data korban baru yakni berjumlah baru 44 orang. Sedangkan dari pihak kepolisian terkait dengan permasalahan ini sudah naik ke tahap penyidikan atau sidik. Hal itu berarti dalam kasus ini akan ada penetapan tersangka dalam kasus keracunan yang diduga dari kue Ipau ini.
Terpisah, Kapolres Kotim, AKBP Sarpani mengatakan, terkait dengan permasalahan tersebut sudah naik ke tahap penyidikan atau sidik. Sehingga akan ada penetapan tersangka dalam kasus keracunan yang diduga dari kue Ipau ini.
Tapi untuk penyidikan, pihaknya membutuhkan laporan resmi atau hasil resmi yang dikirim langsung dari pihak BPOM dan Dinkes ke tim penyidik. “Kalau belum resmi kita belum bisa jadikan itu sebagai bukti petunjuk. Tetapi sejauh ini langkah saling koordinasi tetap dilakukan. semoga bisa kasus ini segera tuntas,” pungkasnya.
(gus/matakalteng.com)
Discussion about this post