SAMPIT – Selama pandemi Covid-19 melanda daerah, hampir semua sekolah melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online, bahkan hingga saat pemerintah sudah mengizinkan pembelajaran di lakukan secara tatap muka, masih ada sebagian kegiatan belajar dilakukan secara online.
Karenanya, menurut Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Sampit Livenur Hasby, ketika pandemi ini karakter anak mengalami penurunan lantaran pembelajaran yang diberikan oleh guru tidak maksimal. Apalagi disaat pembelajaran dilakukan secara jarak jauh atau belajar dari rumah (BDR).
“Saat ini tantangan bagi guru ialah perubahan perilaku anak, karena pembelajaran dilakukan secara daring otomatis pengawasan guru tidak maksimal. Hanya sebatas memberikan materi dan menjelaskannya saja, yang lainnya untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak sangat sulit,” ujarnya, Kamis 7 Juli 2022.
Lanjutnya, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini memanfaatkan teknologi untuk memulai sebuah pembelajaran yang diharapkan berjalan dengan baik. Akan tetapi, tidak seperti yang di harapkan. Kebanyakan siswa ada yang menyalahgunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang tidak ada sangkutannya dengan pembelajaran, contohnya seperti bermain game hingga lupa waktu.
Bahkan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahkan mencatat kecanduan game online sebagai penyebab meningkatnya angka putus sekolah selama pandemi selain empat faktor penyebab yang lain seperti menikah, bekerja, menunggak iuran SPP, dan meninggal.
“Selain itu juga kurangnya pendidikan karakter yang diharapkan tumbuh di dalam diri siswa. Jika pendidikan karakter tersebut tidak tertanam dengan baik dalam penggunaan teknologi, siswa-siswa akan sulit menyaring tindakan-tindakan yang benar dan salah,” tegasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post