SAMPIT – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Timur (Kotim) menilai, dampak dari hilangnya hutan di Kotim saat ini sudah mulai terasa. Hutan di Kotim sisanya sudah berada di batas minimum dari yang seharusnya tersisa.
“Bahkan belakangan ini terjadi cuaca panas ekstrem hingga kepada ancaman banjir setiap musim penghujan. Ini merupakan dampaknya dari hutan yang semakin menipis,” kata Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Kotim, M Abadi, Sabtu 13 Mei 2023.
Menurutnya, berdasarkan kajian akademis salah satu dampak dari habisnya hutan adalah pemanasan global. Sehingga ia meyakini apa yang terjadi saat ini lantaran hutan di Kotim yang hampir habis.
“Hutan itu membantu menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Pada saat suatu hutan mengalami kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya peningkatan suhu bumi serta perubahan iklim yang ekstrem,” jelasnya.
Untuk di Kotim sendiri unarnya, ideal kawasan hutan yang tersisa minimal 40 persen. Sedangkan 60 persennya digunakan untuk kawasan investasi kehutanan dan perkebunan, termasuk juga permukiman. Berdasarkan peta 529 Tahun 2012 kawasan hutan di Kotim sebenarnya hutan masih ada sebesar 70 persen.
“Namun dengan adanya pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit belakangan ini, maka sisanya sekarang tinggal 30 persen dari 1.554.456 hektare, dari total luas wilayah Kotim. Sehingga hutan kita ini bisa dikatakan kurang dari yang seharusnya,” pungkasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post