SAMPIT – Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Timur (Kotim), Darmawati mendorong agar masyarakat setempat membudidayakan tanaman porang. Pasalnya porang merupakan salah satu sektor yang dinilai sangat menjanjikan.
Porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang akan tumbuh bagus di kawasan tegakan hutan. Untuk mendapatkan hasil yang bagus dan diminati pasar ekspor, porang harus tumbuh alami tanpa bahan kimia sedikitpun. Butuh waktu 2-3 tahun untuk bisa memanennya.
“Budidaya porang tengah populer karena mempunyai nilai ekonomi yang besar di dalamnya. Tanaman porang adalah salah satu tanaman herbal yang bisa tumbuh sampai 1,5 meter tingginya dan mampu menghasilkan sejumlah umbi-umbian yang banyak,” ujarnya, Rabu 28 April 2021.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, negara Jepang menjadi negara yang banyak meminta ekspor tanaman porang. Nilai ekspornya ini bisa menyentuh ratusan juta.
“Dengan nilai ekonomis yang begitu banyaknya tersebut tanaman ini bisa mendongkrak penghasilan masyarakat kalau benar-benar dikelola,” sebutnya.
Dalam satu hektar lahan umumnya bisa ditanam hingga 40 ribu bibit porang. Waktu panen budidaya porang ini berkisar 1,5 tahun pasca penanaman dengan setiap tanaman yang akan memiliki berat sekitar 2 kg. itu artinya, setiap hektar akan mampu menghasilkan 80 ton porang.
Dengan harga jual yang hanya Rp 10 ribu per kg, maka pada setiap hektar lahan porang akan mampu menghasilkan keuntungan sebanyak Rp 800 juta. Keuntungan tersebut belum termasuk panen katak atau buahnya.
“Ketika menjelang masa panen umbi porang, katak ini bisa dipanen hingga 2 kali lebih banyak. Para petani di Jawa Timur umumnya menjual katak porang dengan harga Rp 230 ribu per kg,” jelasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post