Oleh: Achmad Syihabuddin***
Kota Sampit merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Letaknya tidak begitu jauh dari Ibukota Provinsi, Kota Palangkaraya. Hanya membutuhkan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan menggunakan transportasi darat. Ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini bisa dituju menggunakan transportasi darat, air maupun udara.
Kota kecil dengan beragam etnik kebudayaan dan agama membuat kota dengan luasan 16.496 m² ini memiliki keunikan sendiri. Tiap tahunnya terdapat berbagai macam festival kebudayaan maupun kuliner sepert Sampit Etnic Carnival, dan Bakul Kuliner yang diselenggaran Citimall Sampit.
Kota yang dulunya dikenal sebagai kota tragedi ini kini berubah menjadi kota pariwisata. Kabupaten dengan moto Bumi Habaring Hurung atau Bumi Gotong Royong ini menjadi barometer atau kiblat kemajuan pemerintahan yang ada disekitarnya, baik itu pendidikan, olahraga, bahkan kebudayaan. Sehingga kota ini layak untuk diperhitungkan di Provinsi Kalimantan Tengah, bahkan di Indonesia.
Salah satu lokasi wisata yang menjadi saksi perkembangan pariwisata di Kota Mentaya ini adalah Pantai Ujung Pandaran. Mentaya sendiri memiliki kepanjangan kata yang sangat bermakna yakni menarik, tertib, aman dan berbudaya. Pantai dengan pasir putih lembut ini terjarak 80 km di bagian selatan kota Sampit.
Untuk menuju pantai yang berbatasan dengan teluk Sampit ini bisa ditempuh menggunakan transportasi darat. Sangat disayangkan, jalan menuju pantai ini belum begitu bagus sehingga perjalanan dapat memakan waktu hingga 2 jam. Namun, pemandangan khas desa-desa, pepohonan rindang maupun sawah-sawah akan membuat perjalanan tidaklah terasa.
Gerbang selamat datang di Objek Wisata Pantai Ujung Pandaran akan menyambut dijarak satu kilometer sebelum sampai tujuan. Penat akan menghilang ketika menginjakkan kaki di pasir putih lembut dengan kombinasi deru ombak dan hembusan angin yang menerpa dari balik pohon bakau maupun cemara yang tumbuh alami dilokasi ini.
Pondok-pondok atau gazebo sudah disiapkan oleh pemerintah setempat maupun pihak swasta sehingga pengunjung akan betah. Dilokasi ini juga terdapat penginapan yang menyerupai rumah khas suku Dayak, yakni Betang.
Suasana pantai dengan lautan biru serta aktivitas warga disana dapat menjadi objek foto yang menarik untuk kalangan fotographer. Bukan hanya itu saja, pantai ini kerap menjadi pilihan wisata lokal maupun luar darah untuk menghilangan penat maupun berlibur bersama keluarga, rekan kerja maupun teman.
Pemandangan matahari terbit akan menambah suasana semakin terasa menenangkan. Aktivias warga desa yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan juga akan terlihat, baik ketika mereka melaut menggunakan perahu kecil maupun menangkap ikan menggunakan jala dibibir pantai.
Dermaga wisata juga sedang dalam pembangunan. Dermaga ini nantinya akan berdiri dari bibir pantai hingga menuju laut. Sehingga, kapal-kapal pesiar dapat bersandar. Tiap tahunnya ada acara adat yang diselenggarakan di pantai ini, yakni Simah Laut. Upacara adat warga pesisir yang melakukan sejumlah ritual khusus sebagai rasa syukur atas hasil laut yang didapat dan sebagai tolak bala.
Namun kini pantai yang menjadi primadona warga Kotim ini mengalami abrasi yang cukup parah. Akankah Pantai Ujung Pandaran hanya akan menjadi cerita untuk anak cucu atau menjadi saksi nyata perkembangan pariwisata di Kota Mentaya? Kendati demikian, pantai ini masih dapat dikunjungi dengan ke eksotisan alamnya.
(penulis merupakan wartawan matakalteng com yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa di perguruan tinggi Kotim)
Discussion about this post