PALANGKA RAYA – Peristiwa berdarah yang terjadi di kebun kelapa sawit bersengketa di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), pada Senin, 11 September 2023 lalu, masih meninggalkan luka mendalam bagi Pani.
Pasalnya, pria berusia 41 tahun ini menjadi satu-satunya korban selamat dalam pengeroyokan yang dilakukan oleh belasan massa yang diduga merupakan bayaran HK alias A saat kejadian.
Meski masih sakit, kondisi Pani kini telah berangsur pulih usai sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Dalam peristiwa tersebut, Pani menderita luka bacokan senjata tajam (Sajam) jenis parang sebanyak enam mata luka. Tiga mata luka di tangan sebelah kanan, dua luka di tangan sebelah kiri dan satu mata luka di punggung belakang.
Pani menceritakan, jika saat kejadian, ia bersama almarhum (Saudi, red) masuk ke dalam kebun kelapa sawit usai diundang oleh terduga pelaku DN untuk melakukan mediasi.
Namun nahas, setibanya di lokasi kejadian keduanya justru sudah dikelilingi oleh belasan massa dengan parang. Seketika, keduanya lalu diserang dari berbagai arah oleh massa menggunakan parang.
“Tidak ada namanya penyerangan oleh masyarakat. Saya diundang oleh DN dengan maksud mediasi karena permasalahan panen,” katanya, Selasa, 19 September 2023 kemarin.
Saat kejadian, lanjut Pani, korban Saudi yang diserang kemudian melakukan perlawanan. Saat kejadian, ia turut diserang dan lehernya dikalungkan parang dan tangan terluka ketika diserang. Bahkan, saat kejadian Pani berteriak mengucapkan ‘Allahuakbar’ ia pun sempat melawan dan berlari untuk mencabut parangnya yang masih berada di dalam sarung.
Pani berujar tak bisa seketika mencabut parang dari sarung karena menggunakan mekanisme kunci. Setelah selesai mencabut parang, ia kemudian kembali mendatangi massa dan menemukan Saudi sudah terduduk bersimbah darah.
“Saya berdua dengan almarhum posisi parang masih di dalam sarung. Tidak ada melakukan penyerangan, malah mereka parangnya sudah keluar dari sarung,” ucapnya.
Tak lama kemudian, masyarakat datang untuk menolong dan massa seketika kabur melarikan diri.
“Korban masih hidup saat itu, namun saya sangat sedih korban sempat berucap sudah tidak tahan lagi dan akhirnya meninggal di Puskesmas Pundu,” ujarnya.
Ia pun membantah dengan tegas, terkait kabar yang beredar jika masyarakat melakukan penyerangan terhadap massa yang ada di dalam kebun sawit.
“Saya sangat miris mendengar kabar jika kami melakukan penyerangan terlebih dulu. Padahal kami datang baik-baik karena diundang untuk mediasi saat kejadian,” pungkasnya.
(rzl/matakalteng.com)
Discussion about this post