NANGA BULIK – Banjir masih melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lamandau. Kota Nanga Bulik sebagai Ibukota Kabupaten juga termasuk daerah yang mengalami banjir terparah yang terjadi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
Selain pemukiman penduduk, fasilitas umum seperti pasar, rumah ibadah dan pusat pertokoan yang terendam air hingga 1 meter lebih. Sejumlah gedung sekolah juga terendam banjir, bahkan ada sekolah yang terendam hingga jendela ruangan kelas tidak kelihatan lagi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lamandau, H Abdul Kohar saat dikonfirmasi setelah mengunjungi sejumlah sekolah yang terendam banjir mengungkapkan, di kota Nanga Bulik terdapat beberapa sekolah yang terdampak banjir cukup parah.
“Hari ini (Kamis 16/7), saya mengunjungi sejumlah sekolah di Nanga Bulik dan Desa Kujan yang cukup parah terkena banjir,” ungkapnya.
Abdul Kohar melakukan peninjauan banjir ke sejumlah sekolah menggunakan sampan. Ia menyebut, beberapa sekolah dalam kota yg terkena banjir cukup parah, diantaranya SDN 1 Nanga Bulik, SDN 4 Nanga Bulik, SDN 5 Nanga Bulik. Sedangkan sekolah tingkat TK juga ada yaitu TK Al Huda, TK Mutiara Ilmu, dan TK Kujan juga termasuk yang mengalami kebanjiran.
“SDN 5 Nanga Bulik merupakan sekolah yg terkena banjir paling parah, pantauan kita dilapangan pada hari ini, air sudah mencapai jendela ruangan,” ungkapnya.
Mantan Camat Bulik itu membeberkan, salah satu kendala dalam melakukan evakuasi sarana dan prasana sekolah terjadi di SDN 5 Nanga Bulik karena hampir semua daratan yang berada di RT 9 Kelurahan Nanga Bulik itu terkena banjir, sedangkan tempat panggung yg sebelumnya dibuat saat ini ikut terendam.
“Tadi waktu meninjau lokasi, kami sampaikan kepada kepala sekolah untuk mendata buku buku yang rusak, kemudian untuk meja kursi yang masih bisa di selamatkan agar di tata bersusun, walaupun itu belum menjamin keutuhan dari meja kursi tersebut, selanjutkan memfungsikan rakit timbul seperti jamban jika diperlukan untuk menyimpan barang,” bebernya.
Tidak hanya di Kota Nanga Bulik, sejumlah sekolah di Kecamatan lain juga masih ada yang terendam. “Di Kecamatan Delang yang sebelumnya juga terkena banjir, saat ini sudah lepas karena banjir sudah surut.Yang masih banjir hingga saat ini adalah Desa Nanga Belantikan dan Desa Bunut,” jelasnya.
Untuk sekolah-sekolah yang tidak terendam banjir digunakan untuk tempat pengungsian sementara bagi warga yang rumahnya tidak dapat ditempati karena terendam air.
Abdul Kohar mengimbau kepada para guru untuk tetap melaksanakan proses belajar mengajar dengan sistem online atau daring. Sedangkan yang diluar jaringan bisa dengan cara offline.
“Pengalaman pembelajaran Daring bisa digunakan oleh para guru, bisa juga dengan cara pengiriman informasi berantai kepada para wali murid,” tukasnya.
(btg/matakalteng.com)
Discussion about this post