SAMPIT – Tertangkap basah mengamen disekitaran Taman Kota Sampit, Anak berinisial R (10) ini mengaku memiliki tempat perkumpulan para pengamen di Kota Sampit.
Hal itu terungkap ketika petugas Satpol PP yang melakukan penertiban menanyakan apakah markas tempat ia berkumpul di dekat Masjid Jami, dengan lantang anak ini membantah bahwa markas mereka bukan di daerah itu.
“Bukan, markas saya bukan yang disitu. Ada, jauh,” ungkapnya sambil menangis tidak ingin menyebutkan lokasi pasti markas yang dimaksud, Jumat 14 April 2023.
Ia mengaku merupakan pengamen baru yang hanya mencari uang untuk membeli baju lebaran. Pelenghasilan bocah ini mencapai ratusan ribu per harinya. Ia mulai mengamen sejak pukul 07.00 WIB. Hanya dalam waktu kurang lebih 2 jam, penghasilannya sudah mencapai Rp 69 ribu.
“Saya mengamen inisiatif sendiri, naik ojek. Jadi uang hasil mengamen ini untuk bayar ojek dan juga untuk beli kue sarapan. Biasanya dipesani sama amang ojek mengamen jangan kumpul sama yang lain karena bisa ditangkap Satpol PP,” ungkapnya.
Ia sudah mengamen sejak satu minggu yang lalu, tanpa l diketahui orangtuanya yang berada di perantauan bekerja. Dirinya tinggal di Kota Mentaya ini bersama tantenya.
“Rumah tante saya di Jalan Kopi Selatan dan uang ini bukan tante saya yang menyimpan. Saya simpan sendiri, sebagian saya setor ke tante untuk bayar barak, kalau dulu saya mengamen untuk membeli perlengkapan sekolah seperti baju, tas dan buku. Tapi sekarang Saya sudah berhenti sekolah sampai kelas 4 saja di SD yang ada di Ketapang,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Daerah Satpol PP, Sugeng Riyanto mengatakan, saat melakukan penertiban, di sekitar Taman Kota Sampit ada banyak pengamen, namun semua berhasil melarikan diri, hanya satu yang tertangkap.
“Yang satu ini tadi ditinggalkan teman-temannya, ada yang kabur naik motor, dijemput entah orangtuanya atau bukan tapi pria dewasa. Bahkan ada juga yang meninggalkan sepedanya dan saat ini sudah kami bawa,” bebernya.
Menurut pengakuan yang tertangkap ini, lanjutnya, ia mendapatkan gitar untuk mengamen dengan cara berhutang dengan tantenya berinisial M yang memang sudah dikenal sejak lama merupakan koordinator pengamen anak-anak di Kota Sampit.
“Dan sebenarnya mereka ini bukan orang asli Sampit, melainkan dari Seruyan. Disana rumahnya besar bahkan ada yang punya mobil. Dari beberapa kali penertiban rata-rata yang mengkoordinir si M ini. Kemarin sempat kami tangkap juga namun sekarang di Kotim masih belum ada rumah singgah untuk menampung anak-anak ini,” sebutnya.
Saat ini rumah singgah di Kotim masih dalam proses lelang dan di target pada tahun ini selesai, agar tahun mendatang bisa digunakan. Sehingga penertiban bisa dilakukan maksimal.
“Kalau sudah ada rumah singgah, orangtuanya ini kita tangkap karena mengeksploitasi anak, jadi anak-anaknya dipelihara negara. Karena masih di bawah umur, di sekolahkan dan ditanggung biaya hidupnya,” pungkas Sugeng.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post