SAMPIT – Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak lantaran kekurangan gizi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terjadi di tiga kecamatan wilayah setempat.
Bupati Kotim Halikinnor mengatakan, meski jika dibandingkan antara tahun 2020 dengan 2021 lalu kasus stunting mengalami penurunan, namun masih ada kecamatan yang kasus stuntingnya tinggi.
“Mengacu pada data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) dari Dinas Kesehatan Kotim, data prevalensi stunting di Kotim, per 31 Desember 2021 sebesar 23,2 persen menurun 4,2 persen dari tahun 2020 yang sebesar 27,4 persen,” kata Halikinnor, Rabu 3 Agustus 2022.
Lanjutnya, berdasarkan data tersebut walaupun terjadi penurunan namun diketahui masih ada tiga kecamatan dengan angka stunting tertinggi, yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut dan Baamang.
“Maka dari itu upaya penurunan angka stunting ini masih harus ditingkatkan agar target penurunan yang telah ditetapkan pemerintah pusat yaitu sebesar 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai,” paparnya.
Upaya yang akan dilakukan untuk menekan angka stunting tersebut diantaranya dengan melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh stakeholder dan sumber daya yang tersedia.
“Kegiatan yang dilaksanakan mengacu kepada pedoman pelaksanaan intervensi penurunan stunting uang dikeluarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan yang meliputi 8 aksi konvergensi,” sebutnya.
Sebelumnya Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah ( Bappelitbangda) Kotim Rofiq Riswandi mengungkapkan berdasarkan data hasil Riskesdas dan SGGI tiga kecamatan itu memiliki angka stunting yang tinggi dibandingkan kecamatan lainnya.
Angka tertinggi stunting ada di Kecamatan Mentaya Hilir Utara (MHU) yaitu ada 37 kasus, Pulau Hanaut sebanyak 34 kasus, dan Baamang 30 kasus per 31 Desember 2021 lalu. “Untuk Kecamatan lainnya kasus dikisaran 19-27. Sementara untuk tiga kecamatan itu mencapai 30-37 kasus,” sebutnya.
Ditambahkan Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi ada beberapa faktor penyebab stunting, pertama adalah lemahnya perekonomian keluarga sehingga tidak mampu mencukupi makanan yang bergizi.
“Kedua, nikah muda. Berdasarkan penelitian rahim akan siap berproduksi diusia 20 tahun keatas. Selain itu, terlalu banyak anak juga bisa menjadi risiko stunting. Sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman atau edukasi lakukan untuk pencegahan stunting itu kami lakukan terus. Dengan harapan kasus stunting menurun kedepannya,” imbuhnya.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post