SAMPIT – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Umar Kaderi melalui Sekretaris Dinkes Ali menyebutkan, faktor perilaku merupakan domain terbesar penentu derajat kesehatan masyarakat di negara maju.
Tetapi ujarnya, di negara berkembang dan tertinggal masih dipengaruhi lingkungan, terutama sanitasi. Seperti kondisi di Kabupaten Kotim saat ini, sanitasi lingkungan sangat berkorelasi dengan kejadian penyakit bersumber lingkungan.
“Maka dari itu diperlukan adanya Studi EHRA (Environmental Health Risk Assesment), yang merupakan kebijakan pemerintah di multi sektor. Sektor kesehatan berada pada sisi pengawasan dan perubahan perilaku,” ujarnya, Senin 30 Mei 2022.
Pengumpulan data sangat diperlukan untuk mendukung kebijakan di tahap berikutnya. Data perilaku, akses masyarakat terhadap air bersih dan jamban sehat sangat diperlukan untuk kebijakan program kesehatan khususnya di wilayah Kotim saat ini.
“Puskesmas diharapkan memberikan peran optimal dengan melibatkan tim di desa/kelurahan untuk melakukan langkah-langkah terkait dengan hasil studi EHRA. Kondisi masyarakat belum respek terhadap aspek kesehatan, terlihat dari usulan Musrenbang sangat jarang terkait dengan tindak lanjut masalah kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Hasil studi EHRA juga diharapkan dapat digunakan untuk update data Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK). Puskesmas diharapkan mensinergikan program di lapangan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. “Sisi lain, akreditasi Puskesmas direncanakan akan dilakukan di 16 Puskesmas di Kabupaten Kotim tahun ini,” pungkasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post