SAMPIT – Sedikitnya 3.203 anak di Kabupaten Kotawaringin Timur mengalami masalah pertumbuhan atau stunting. Pada kebanyakan kasus, faktor masalah stunting ini disebabkan oleh kekurangan asupan gizi saat masih berada di dalam kandungan.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Kotim, Khairiah Halikinnor mengungkapkan, tingginya kasus stanting ini memaksa pihaknya menjadikan program pengentasan stunting sebagai program prioritas pada tahun 2021.
“TP PKK ini kan mitra pemerintah, jadi khusus untuk tahun ini kami menjadikan penanganan stunting sebagai program yang utama,” katanya, Senin 13 September 2021.
Istri Halikinnor ini mengatakan, TP PKK adalah bagian dari ujung tombak pengentasan stunting. Karena itu pihaknya gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya para ibu dengan melibatkan PKK di 17 kecamatan hingga tingkat desa.
Ia mengaku aktif melakukan sosialiasi dan pemantauan di Posyandu guna menditeksi dini stunting yang terjadi pada balita.
“Di posyandu itu kami bisa melihat apakah anak memiliki gejala stunting atau tidak, supaya bisa diambil penanganan cepat,” tuturnya.
Sementara Plt Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Umar Kaderi melalui Kasi Keluarga dan Gizi, Khusnul mengatakan, berdasarkan data dari pihaknya tercatat 3.203 balita dengan pertumbuhan pendek pada tahun 2021.
“Ada 3.203 balita pendek di tahun ini,” ungkapnya.
Kasus itu menurun dibandingkan tahun 2020. Dimana pada tahun sebelumnya sebanyak 27 persen kasus stunting di wilayah Kotim.
“Kalau tahun 2020, jumlah balita dientry ada 12.727 ada 3.499 kasus atau 27 persen,” sebutnya.
Meski demikian, kasus itu tetap menjadi perhatian pihaknya. Pasalnya stunting tidak hanya berkaitan dengan pertumbuhan anak saja namun juga berpengaruh pada kecerdasan anak, sehingga kasus stunting sebisa mungkin dicegah.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post