SAMPIT – Hampir seluruh wilayah di Indonesia terjadi kenaikan cabai, tidak terkecuali di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus dikeluhkan masyarakat. Harga cabai yang semakin pedas membuat pemerintah setempat harus mencari solusinya, salah satunya dengan memberdayakan para petani lokal.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotim Zulhaidir mengatakan, harga cabai naik terjadi tidak hanya di Kotim saja namun semua daerah di Indonesia. Sehingga kenaikan harga cabai ini dinilai wajar.
“Distribusi cabai di Kotim ini didominasi dari wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel), namun kemarin ada bencana banjir di sana sehingga banyak yang gagal panen dan kegiatan produksi cabai terhambat atau mengalami kekosongan,” ujarnya, Jumat 26 Maret 2021.
Dikatakan Zulhaidir, program prioritas pihaknya pada tahun ini untuk memberdayakan dan mengembangkan industri kecil menengah (IKM) salah satunya para petani cabai ini. Agar hal serupa bisa teratasi.
“Selama ini para petani cabai di Kotim masih kurang produktif, memang sebagian ada yang turun menyumbang stok cabai di pasaran. Namun lebih didominasi cabai dari Kalsel, inilah kedepannya yang akan kita usahakan agar Kotim bisa mandiri,” sebutnya.
Ia mengakui, saat ini cabai bisa dikatakan langka, namun kelangkaan cabai ini tidak hanya dialami oleh Kotim namun juga daerah lainnya. Sehingga masyarakat diminta bersabar, mengingat bencana alam di Kalsel tidak bisa dihindari.
Diketahui, saat ini harga cabai di Kotim mencapai Rp 180 ribu per kilogramnya. Padahal jika di harga normal harga cabai hanya Rp 40 ribu per kilogramnya. Artinya kenaikan harga cabai melebihi 50 persen atau tiga kali lipat dari harga normal.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post