SAMPIT – Porang merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian bernilai ekonomis tinggi dan banyak manfaatnya, salah satunya adalah untuk obat-obatan dengan diikuti pengolahan yang tepat dan bahan baku kosmetik. Namun saat ini Porang yang merupakan produk ekspor harganya kurang stabil.
“Sekarang banyak petani porang, jadi sekarang tanaman yang dulu dicari ini berlimpah. Dan ini yang membuat harga tidak stabil,” kata Wakil Bupati Kotim Irawati saat membuka rest area penggilingan pentol porang di Desa Jemaras, Kecamatan Cempaga, Sabtu 10 September 2022.
Menurutnya, agar hasil pertanian dapat diserap dengan baik,umbi porang itu diolah menjadi bahan pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga dapat mendukung ketahanan pangan, salah satunya mengolah porang menjadi pentol.
“Semoga pentol porang ini diminati warga, pada umumnya masyarakat Kotim. Sehingga bisa membantu petani porang kita,” imbuhnya.
Selain itu, dengan rest area di Desa Jemaras ini bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Pasalnya, dengan adanya rest area ini otomatis ada perputaran ekonomi di desa. “Saya juga berharap kepada pemilik rest area ini apabila ingin mencari tenaga kerja utamakan dulu para pemuda maupun masyarakat yang ada di desa ini,” harap Irawati.
Sementara petani sekaligus penggagas porang Sumadi mengungkapkan, harga porang per kilogram dari Rp10-14 ribu, sekarang hanya Rp2.500. Penurunan harga secara drastis ini membuat pihaknya prihatin.
Oleh sebab itu, petani mencari ide bagaimana bisa keluar dari krisis ini. Dengan kondisi tersebut sehingga lahirlah ide mengolah tepung untuk bahan campuran adonan pentol.
“Pentol sampai sekarang masih menjadi salah satu favorit makanan cemilan masyarakat kita. Sehingga dengan diolah menjadi pentol porang bisa membantu petani dalam menyerap produksinya,” ungkapnya.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post