SAMPIT – Pengamat sosial dan politik di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Andri Riyadi turut mengomentari polemik pembagian kekuasaan tentang alat kelengkapan dewan (AKD) di DPRD Kotim.
“Sebagai badan legislator, untuk menjadikan DPRD Kotim yang benar-benar mewakili suara rakyat tak elok sekali apabila ini menjadi kisruh berkepanjangan di lembaga terhormat, sehingga menimbulkan pertanyaan seberapa pentingkah AKD ini di bahas?,” kata Andri, Jumat 18 Februari 2022.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit ini menyayangkan sikap para wakil rakyat yang mempertontonkan perebutan kekuasaan ditengah masyarakat yang sedang menghadapi musibah Covid-19 yang kembali melonjak. Harusnya memikirkan bagaimana mengatasi wabah dan peningkatan ekonomi masyarakat, bukan sibuk bagi-bagi jatah kursi.
Jika polemik ini terus berlanjut, wakil rakyat di Kotim dinilai sudah melalaikan amanah yang diberikan masyarakat yang mendukungnya. Ia berharap anggota DPRD yang berpolemik bisa sadar, masih banyak persoalan masyarakat yang harus diperjuangkan.
Padahal kita ketahui ujarnya, dalam beberapa waktu yang lalu rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimatan Tengah (Kalteng) mengenai IPM (indeks pembangunan manusia). Kabupaten Kotim di bawah Kotawaringin Barat (Kobar) dan Barito Timur yang nilai indeksnya 73,07 dan 71,47, sedangkan Kotim 71,38.
“Ini menurut saya jauh lebih penting untuk dilakukan evaluasi semua pihak, entah itu eksekutif (pemda) dan DPRD untuk melakukan pembenahan dalam pembangunan manusia,” ujarnya.
Dikatakan Andri, Kotim merupakan kabupaten besar di Provinsi Kalteng. Memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang melimpah.
IPM yang diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 pada dasarnya adalah gambaran yang menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
“Dengan begitu ini merupakan tantangan besar yang di hadapi oleh salah satu kabupaten besar yang ada di Kalteng yaitu Kotim, untuk membenahi tentang IPM tersebut,” ujarnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post