KENDARI – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, menghadiri peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 yang dipusatkan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, pada tanggal 5 hingga 10 Februari.
HPN 2022 di Kota Kendari digelar dengan berbagai rangkaian kegiatan, diantaranya pameran-pameran, aneka pertunjukan hiburan, dialog kebudayaan, klinik Penulisan kebudayaan, Rakernas SIWO, pementasan wayang kulit hingga acara puncak dan penyerahan Anugerah Kebudayaan kepada 9 kepala daerah di Indonesia yang telah terpilih.
Pengurus dan anggota PWI Lamandau yang hadir berjumlah delapan orang dan turut serta mengikuti sejumlah kegiatan, salah satunya Klinik Penulisan Kebudayaan yang dilaksanakan di Gedung RRI, Kota Kendari, 7 Februari 2022 dan dibuka langsung oleh Ketua PWI Pusat, Atal S Depari.
“Sudah seharusnya kita bangga, Unesco telah menetapkan bahwa Indonesia sebagai super powernya kebudayaan,” ungkap Atal S Depari dalam sambutannya. Ditambahkannya, bahwa peserta yang hadir pada Klinik Penulisan Kebudayaan kebanyakannya wartawan daerah yang kebetulan Bupati atau Walikotanya dapat penghargaan Anugerah Kebudayaan.
“Karya jurnalistik bidang kebudayaan ini berbeda dengan bidang lain seperti halnya olahraga. Seperti pengalaman saya, menulis berita olahraga dengan berita kebudayaan sangat berbeda. Jika berita olahraga, setelah melihat dan mengamati pertandingan saja langsung bisa saya tulis, sedangkan berita kebudayaan ini beda, harus menggali informasi lagi terhadap pelakunya dan pihak-pihak lain. Karena kalau ditulis apa adanya tanpa mampu mengembangkan nanti hasil karyanyapun akan menjadi kering,” katanya.
Diketahui, Klinik Penulisan Kebudayaan pada rangkaian HPN tersebut melibatkan sejumlah narasumber diantaranya Ninok Leksono, Agus Dermawan, Nungki Kusumastuti dan Tri Agung Kristanto. Sementara itu, salah satu peserta kegiatan yang merupakan anggota PWI Lamandau, Ria Mekar Anggreani, mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan itu.
“Kegiatannya menarik, kita bisa sharing tentang apa saja yang menjadi kendala, kelemahan dan kekurangan kita saat membuat karya jurnalistik dengan fokus kebudayaan. Usai kita sharing, kita bisa dapat ilmu dari para narasumber yang memang punya konsentrasi dan memahami berbagai persoalan di bidang kebudayaan.” pungkasnya.
(btg/matakalteng.com)
Discussion about this post