SAMPIT – Tradisi mandui safar atau mandi safar, diharapkan dapat menjadi wahana untuk menumbuhkan semangat dan motivasi dalam upaya menggali, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai seni dan budaya yang hidup dan tumbuh serta berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat.Demikian disampaikan Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) H Supian Hadi pada event tahunan tradisi mandui safar di Ikon Patung Jelawat Sampit, Rabu 23 April 2019. Menurutnya, langkah tersebut perlu dilakukan, agar nilai-nilai budaya positif yang telah diwariskan oleh para leluhur, tidak luntur dan sirna oleh pengaruh budaya luar yang menyebabkan kita kehilangan jati diri.”Sikap yang demikian bukan berarti menutupi diri pada pergaulan global yang dinamis. Melainkan sebagai sikap dan rasa tanggung jawab kita untuk memegang amanah generasi terdahulu untuk diteruskan kepada generasi masa kini dan masa mendatang,” kata Supian Hadi. Orang nomor satu di Bumi Habaring Hurung ini juga mengajak seluruh komponen masyarakat untuk terus menjaga warisan budaya, terlebih terhadap kerukunan, keamanan dan ketertiban di Kotim.Sebagaimana diketahui, mandui safar merupakan tradisi budaya yang sudah ada sejak dulu. Tradisi ini yaitu mandi dengan bercebur di Sungai Mentaya sebagai simbol membersihkan diri, sekaligus harapan agar diri bersih dan terhindar dari hal-hal yang tidak baik.Tradisi mandui safar biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar. Tradisi ini dipimpin oleh seorang tokoh adat, dengan melakukan semacam ritual menggunakan daun sawang yang selanjutnya digunakan warga saat bercebur ke sungai. Setelah berdoa bersama, warga kemudian beramai-ramai mandi bercebur di Sungai Mentaya.Pada event yang dilaksanakan Pemkab Kotim melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini, juga dilaksanakan berbagai kegiatan lainnya, seperti lomba melukis dan mewarnai, lomba fashion show anak dan remaja, lomba tari daerah, serta bazar kue tradisional. Kegiatan ini terpusat dilokasi Icon Patung Jelawat, namun saat pelaksanaan mandi safar dipusatkan di Dermaga Habaring Hurung Sampit. (ary/matakalteng.com)
Discussion about this post