SAMPIT – Petani di Kecamatan Teluk Sampit kesulitan menanam padi pada kondisi seperti saat ini yang mayoritas lahan pertanian terendam oleh air lantaran curah hujan tinggi dan adanya air sungai pasang.
Camat Teluk Sampit Juliansyah mengatakan, untuk sawah yang ada sebagian terdampak banjir membuat masyarakat setempat yang sebagian besar petani padi di wilayahnya kesulitan melakukan aktivitas seperti biasanya yaitu berlahan. “Terkait ini, sudah saya sudah sampaikan ke Bupati Kotim bahwa kami perlu memikirkan bersama agar tahun selanjutnya tidak terjadi seperti ini karena ini mempengaruhi produksi padi,” katanya.
Pasalnya, jika tanaman padi baik yang baru ditanam maupun yang siap panen jika terendam air cukup lama maka tanaman akan membusuk, sehingga sangat mempengaruhi hasil produksi padi. Tidak hanya itu, meskipun padi belum ditanam namun tingginya air tetap berpengaruh karena dapat mengulur masa tanam. Dengan begitu masa panen juga akan mundur. “Tingginya air itu disebabkan baik dari pengaruh alam maupun karena tersumbatnya aliran air. Sehingga air merendam lahan petani cukup lama karena air tidak cepat surut. Untuk jumlah sawah yang terendam cukup luas, sementara data belum kami hitung,” jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Kotim Sepnita mengungkapkan saat ini sebagian besar lahan produksi padi tetap terkendali. “Kemarin sudah kami laporkan ke Dirjen Pertanian terkait itu,” ungkapnya.
Artinya meski terjadi banjir saat ini belum ada pengaruh, hanya saja waktu tanam yang mundur. Jika biasanya waktu tanaman pada November namun lantaran terendam banjir maka waktu tanam beralih pada bulan selanjutnya. “Jadi menyesuaikan kondisi, tapi untung Kotim rata-rata waktu tanam padi yaitu pada Januari sekarang masih proses pengolahan lahan. Sehingga memang belum ada pengaruh dengan kondisi sekarang,” paparnya.
Disebutkannya bahwa luas lahan eksisting Kecamatan Teluk Sampit yaitu 10.903 hektar, namun lahan yang bisa ditanami padi ada sekitar 7.000 hektar lebih seperti di Desa Lempuyang, sementara lahan yang sudah ditanami pada masa tanam Agustus 2021 ada 600 hektar. “Sebagian hampir panen, Okmar dilaksanakan setelah bulan Oktober yaitu Januari, hal ini biasa saja terjadi, jadi ini tidak menjadi permasalahan bagi petani kita. “Mudahan nanti sungai bisa diperlebar agar aliran air lancar dan tidak merendam lahan petani,” tutup Septina.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post