KUALA PEMBUANG – Sejumlah pengusaha cafe yang ada di wilayah dalam Kota Kuala Pembuang meminta kepada pemerintah daerah setempat agar bisa memperhatikan nasib mereka ditengah pandemi Covid-19 saat ini.
Ganang Shahih Sembada yang merupakan pemilik dari Cafe Kedai Juragan mengungkapkan, bahwa dalam kondisi saat ini dirinya sangat sulit untuk bisa sekedar bertahan terlebih untuk mencari keutungan seperti hari-hari normal.
Menurutnya, yang paling memberatkan adalah kebijakan dari pembatasan jam operasional dari para pelaku usaha yang hanya diperbolehkan buka sampai dengan jam 20:00 WIB.
Ia sendiri sejatinya tidak mengeluhkan tentang adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Bumi Gawi Hatantiring mengingat hal itu merupakan upaya untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
“Kami sebenarnya tidak terlalu masalah dengan hal itu, bahkan sebenarnya setuju-setuju saja jika jam delapan malam itu sudah tutup. Akan tetapi setidaknya ada kelonggaran jika setelah jam delapan itu masih bisa melayani untuk takeaway atau dibungkus,” katanya di Kuala Pembuang, Kamis 12 Agustus 2021.
Sedangkan yang terjadi pada dirinya dan sejumlah pelaku usaha cafe lainnya yang ada di wilayah setempat adalah bilamana sudah memasuki jam delapan malam, maka tidak diperbolehkan lagi untuk buka, baik itu nongkrong ditempat ataupun pesan dibungkus untuk dibawa pulang.
“Jadi kami setelah jam delapan itu sudah tutup total. Kami hanya minta kelonggaran agar setelah jam delapan malam itu masih bisa melayani pengunjung, tapi khusus untuk dibungkus saja,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan, setelah kebijakan jam operasional tersebut diberlakukan, tentu saja sangat berpengaruh terhadap hasil pendapatan yang diperoleh. “Biasanya saya itu mulai buka pukul 15:30 WIB dan sekarang harus tutup pukul delapan, sedangkan jika hari normal itu bisa sampai pukul 23:00 WIB,” tambahnya.
Sedangkan waktu cafe ramai dikunjungi oleh pelanggan sendiri biasanya mulai dari pukul 19:30 WIB keatas. Pada hari normal, pendapatan yang dirinya peroleh rata-rata berkisar antar Rp500.000. “Kalau dalam kondisi seperti saat ini, mencari seratus ribu saja sulit sekali,” ucapnya.
Dengan pendapatan yang sangat sedikit, tentu saja sangat tidak sebanding dengan biaya operasional dari usahanya tersebut seperti biaya listrik dan lain sebagainya. Belum lagi dengan pembayaran gajih karyawan yang saat ini juga terancam nasibnya.
“Sangat sulit bahkan hanya untuk sekedar bertahan dalam situasi seperti saat ini. Saya juga menyuarakan apa yang menjadi aspirasi dari kawan-kawan pengusaha cafe dan jajanan lainnya. Kami hanya minta kelonggaran dari kebijakan itu, agar setelah jam delapan masih bisa melayani pesanan dibungkus,” harapnya.
(ald/matakalteng.com)
Discussion about this post