SAMPIT – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) belum lama ini membuat pedangang sembilan bahan pokok (Sembako) di wilayah setempat khawatir.
“PPKM sudah mulai diterapkan kami khawatir tingkat penjualan kami menurun lagi. Covid-19 ini jualan kita sepi ditambah lagi PPKM,” ujar Junai salah seorang pedagang sembako di pasar Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit, Sabtu 10 Juli 2021.
Alasan kekhawatiran itu didasari karena PPKM itu membatasi kegiatan atau jam operasional bagi pelaku usaha kuliner di Kotim terutama di Sampit yang Rata-rata adalah pelanggan. Dimana pelaku kuliner hanya dapat beroperasi hingga pukul 19.00 WIB.
Menurutnya hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah dagangan yang dijual. Sehingga ini pun akan berimbas pula pada jumlah atau daya beli sembako pelaku usaha kuliner terhadap pedagang sembako di pasar itu. Karena jumlah dagang yang mereka buat tidak sebanyak seperti sebelumnya lantaran takut tidak habis.
“Rata-rata mereka itu pelanggan kita, jadi kalau mereka mengurangi atau tidak berjualan lagi maka imbasnya ke kita ini. Karena mereka beli sembako untuk keperluan jualan seperti bawang merah, putih, gula atau lainnya itu sama kita,” jelasnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh H Mansur salah seorang pedagang telur di pasar yang sama, jika pelaku usah kuliner mengurangi kebutuhan dari sebelumnya, maka akan berimbas pula pada jumlah penjualan telurnya. “Tambah sepi lagi kalau sampai mereka dibatasi lagi, ini aja sudah sepi,” ungkapnya.
Padahal selama ini yang menjadi harapan para pedagang tersebut selain karyawan perkebunan sawit yaitu mereka pelaku usaha kuliner. Karena untuk masyarakat kota saat ini daya belinya ke pasar tersebut tidak terlalu tinggi.
Namun mereka tetap menerima situasi ini, karena menurut pedagang kebijakan yang diambil pemerintah daerah setempat merupakan langkah untuk memutus penyebaran Covid-19. Dengan harapan daerah ini dapat kembali seperti sediakala.
“Harapan kami selama ini ya mereka sama karyawan sawit. Kalau masyarakat sini terbagi belanjanya, tapi kalau mereka pasti kesini. Semoga pemerintah tidak melarang karyawan sawit turun ke Sampit, agar kami masih punya harapan,” tutupnya.
Sementara untuk harga telur dari Rp 50 ribu sampai Rp 52 ribu per papan menjadi Rp 46 hingga Rp 47 ribu. “Satu ikat itu ada 6 papan, jadi sekarang paling banter bisa menjual 5 ikat saja. Pernah juga satu ikat itu tidak habis sehari. Turunnya drastis, tidak cuma kami yang mengeluh bos telur juga mengeluh,” paparnya.
Tidak hanya telur, harga daging ayam potong juga mengalami penurunan sebesar Rp 7 ribu. Semula berada di posisi Rp 43 ribu per kilogram bersih turun menjadi Rp 36 ribu. Begitu pula bawang merah yang juga mengalami penurunan sebesar Rp 3 ribu, dari Rp 35 ribu menjadi Rp 32 ribu.
Untuk bawang putih masih pada harga stabil yaitu Rp 26 sampai 28 ribu, begitu pula dengan harga gula pasir yang masih berada dikisaran harga Rp 13 ribu.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post