SAMPIT – Meljitnya harga ayam di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), membuat menurunnya peminat atau daya beli masyarakat terhadap daging ayam di pasaran. Hal ini membuahkan keluhan dari pedagang yang merugi lantaran keuntungan yang di dapat lebih sedikit dari biasanya saat harga normal.
Salah seorang pedagang ayam di pasar subuh Sampit, Khotimah mengatakan, saat ini meski harga ayam sudah mulai turun namun masih termasuk tinggi. Sehingga penjualan berkurang, karena sepi pelanggan.
“Harga ayam baru beberapa hari turun, dari yang semula Rp50 ribu per kilonya menjadi Rp48 ribu, kemudian sekarang Rp36 ribu. Namun ini masih turun naik, belum normal,” ujarnya, Sabtu 8 Agustus 2020.
Ia juga menyebutkan, kenaikan harga ayam ini sudah berlangsung lama. Lantaran kosongnya ayam yang masuk ke wilayah Kotim. “Biasanya ayam masuk dari Banjarmasin. Dan sekarang disana sedang kosong, sehingga sedikit yang datang. Kalau disana kosong maka di Sampit harga ayam akan mahal,” sebutnya.
Selanjutnya pedagang ayam lainnya Mufta menyebutkan, harga ayam mulai naik sejak berakhirnya bulan suci ramadhan. “Setelah bulan puasa, lalu usai lebaran itu harga ayam sudah mulai naik. Memang ayam selalu datang tiap hari ke Sampit dari Banjarmasin atau daerah lainnya, namun sedikit. Sehingga membuat mahal,” ungkap Mufta.
Lanjutnya, setiap hari ayam yang datang di bongkar di Kandang milik agen. Disanalah penjual-penjual yang di pasar mengambil ayam untuk dijual di pasar.
“Harga dari kandang itu Rp 42 ribu per kilo gramnya. Itupun belum bersih, terhitung dengan ceker dan kepalanya. Sedangkan kalau dijual di pasar ceker dan kepala itu di pisah. Dijual dengan harga berbeda, untuk ceker dan kepala meski harga ayam naik atau turun tetap dijual Rp15 ribu per kilonya. Sekarang sudah mulai turun, Rp30 ribu dari kandang,” ujarnya.
Disebutkannya, jika harga ayam naik keuntungan yang di dapatnya berkurang. Diketahui, bahwa dirinya baru akan membayarkan harga ayam di kandang setelah terjual di pasar. Selisih harga jual di pasar dan di kandang itulah yang menjadi untung untuknya.
“Kalau harga normal saya bisa menjual satu pikul atau 100 kilo per harinya. Sedangkan jika naik, per hari paling menjual hanya 10 kilo. Cukup untuk makan sehari saja,” sebutnya. Ia mengaku rugi jika harga ayam naik, karena harga di kandang sudah mahal terlebih dahulu. Sehingga ke untungan yang didapat sedikit.
“Tidak ada kepastian kapan harga ayam akan turun menjadi harga normal. Karena kadang tiap harinya harga ayam berubah-rubah tergantung harga ayam yang datang di kandang,” demikiannya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post